Meskipun banyak orang tua yang mengetahui, bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab yang besar, tetapi masih banyak orang tua yang lalai dan menganggap remeh masalah ini. Sehingga mengabaikan masalah pendidikan anak ini, sedikitpun tidak menaruh perhatian terhadap perkembangan anak-anaknya.
Berikut ini 9 bentuk kesalahan yang sering dilakukan oleh orang tua dalam mendidik anak-anaknya
Hal ini disebabkan nama aneh dan tidak biasa yang mereka miliki rentan menjadi bahan olok-olok.
Maka, pertimbangkan lagi nama anak yang sudah kamu siapkan agar buah hati tidak mengalami kesulitan dalam kehidupannya.
Perilaku orangtua yang sangat mempengaruhi dan merusak mental anak adalah bertengkar di hadapan anak. Ketika orangtua bertengkar di hadapan anak, khususnya jika anak anda adalah anak lelaki, maka nantinya anak tersebut mejadi pria dewasa yang tidak sensitif yang tidak dapat menjalin hubungan dengan wanita dengan cara yang sehat sehat.
Sebaiknya jika orangtua sedang bertengkar seharusnya mereka tidak memperlihatkannya pada anak-anak yang ada di sekitar mereka
Studi di Inggris menemukan bahwa anak yang sudah mulai bersekolah sebelum menginjak usia 6 tahun berpeluang di-D.O. ketika duduk di bangku kuliah. Mereka kurang pede dan mudah gelisah menghadapi masa depan karena ditekan untuk terbiasa kompetitif sejak usia dini.
Sebaiknya anak seumuran gitu dibiarkan menjadi anak-anak. Bermain dan belajar sesukanya, mengembangkan kemampuan motorik dan kognitif layaknya anak berusia 4-5 tahun. Pdahal banyak kan anak-anak usia balita sudah mengenal berbagai bahasa?
Professor Sue Scott dari University of Durham berpendapat bahwa doktrin yang berlebihan soal menjauhi orang asing dapat membuat anak kamu menjadi xenophobia (takut atau benci terhadap orang asing)
Anak-anak semestinya diajarkan untuk waspada terhadap orang asing, bukan curiga lalu ketakutan. Lagi pula, kebanyakan penculikan/pelecahan anak-anak malah dilakukan oleh orang yang mereka kenal dan dekat dengan keluarga
Marah dan suara bentakan terhadap anak akan mempengaruhi perkembangan otak anak. Selain mempengaruhi perkembangan otak, suara bentakan juga mengganggu fungsi organ penting dalam tubuh sang anak. Saat berlangsungnya bentakan, maka 1 milyar otak anak akan mengalami kerusakan, maka apakah yang terjadi apabila anak sering mendengar suara bentakan dari orangtuanya?
Dalam jangka panjangnya, anak akan minder dan takut mencoba hal baru, memiliki sifat pemarah, dan menjadi tertutup. Anak cenderung memiliki sifat menantang, keras kepala dan suka membantah nasehat orangtua
Banyak orang tua yang berpikir bahwa anaknya harus menjauh dari teman-temannya yang nakal, perokok, penggermar film porno, dll. Niat orang tua memang baik sih, tapi penelitian membuktikan bahwa anak yang lebih banyak bergaul pada usia 12-13 tahun lebih mudah menyesuaikan dirinya di masyarakat dibandingkan anak yang membatasi dan menjauhi diri dari pergaulan. Mereka bisa memahami dan menerima kalau perbedaan itu ada. Dan mereka lebih mudah beradaptasi dengan lingkungannya
Penelitian yang dilakukan Columbia dan Stanford University menemukan bahwa anak yang terlalu sering dipuji akan akan percaya bahwa kecerdasan dan talenta adalah bawaan lahir, bukan dua hal yang mestinya mereka asah dan kembangkan lagi.
Akibatnya, mereka menjadi pemalas dan nggak mau kerja keras untuk meraih prestasi akademik. “Kata Mama Papa, aku ‘kan luar biasa hebat. Buat apa aku capek-capek bikin PR?
Memberikan tontontan yang modern untuk anak bayi memang banyak dilakukan ibu-ibu masa kini. Tidak cukup dari buku dongeng, bayi dicecoki dengan tontonan ‘edukatif’ seperti Baby Einstein, Barney & Friends, atau Dora The Explorer.
Padahal menurut penelitian dari University of Washington, menunjukkan kalau bayi, berusia sekitar 1 tahun, yang menonton Baby Einstein malah hanya mendapat sedikit ilmu dari tayangan ini.
Jika ingin anak mempelajari sesuatu, bacakan mereka buku anak-anak diselingi dengan interaksi langsung. Jangan pikir meletakkan mereka di depan TV akan menyelesaikan segalanya!
Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap yang diinginkan anaknya, tanpa memikirkan baik buruknya bagi anak. Padahal, tidak setiap yang diinginkan anaknya itu bermanfaat atau sesuai dengan usia dan kebutuhannya. Misalnya: si anak minta tas baru yang sedang trend, padahal baru sebulan yang lalu orang tua membelikannya tas baru.
Kalau anak terbiasa terpenuhi segala permintaannya, maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang tidak peduli pada nilai uang dan beratnya mencari nafkah.